Kelebihan Go-Jek
- Praktis dan Mudah
Cukup dengan mengunduh aplikasi
GOJEK dan GRAB TAXI
pada google play atau app store ,kita dapat memesan ojek dari mana saja dan kemana saja yang
kita mau. Driver akan menuju lokasi yang kita pesan dalam waktu yang
ditayangkan pada layar pemesanan.
- Aman
Hal yang jarang diberikan oleh pengemudi ojek tradisional adalah sebuah keamanan,
safety riding. inilah salah satu kelebihan
Go-Jekdimana
setiap penumpangnya diberikan helm atau pelindung kepala.
- Ramah dan Sopan
Bagi kamu kamu yang sudah pernah menggunakan jasa
GOJEK atau GRAB BIKE, pernahkah kamu memperhatikan bahwa
driver ojek online
ini selalu berusaha memberikan layanan terbaik? Mereka akan meminta
maaf apabila tidak menggunakan jaket perusahaan yang merupakan ciri khas
mereka, atau meminta maaf jika
stock masker yang biasa
disediakan secara gratis habis. Atau ketika mereka telat / lamban dalam
menemukan alamat kita, mereka akan meminta maaf karena telah menunggu
terlalu lama dan setelah selesai menggunakan jasa mereka pun seringkali
diakhiri dengan senyuman dan ucapan terima kasih
- Terpercaya
Hal paling mencolok dari ojek online atau lebih sering kita kenal
GOJEK dan GRAB BIKE adalah ketika kita mendapatkan driver, kita sudah bisa tahu nama, wajah dan nomor telepon dari
driver
yang akan mengantar kita atau mengantarkan pesanan kita. Hal ini amat
sangat meningkatkan kepercayaan kita sebagai konsumen dalam menggunakan
jasa
ojek berbasis online ini
karena kita tidak perlu takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ,
jikalaupun iya hal itu dapat diadukan ke pusat ojek online dengan
mengadukan nama, dan nomor telepon dari oknum
driver tersebut
Sebenarnya sama saja antara
ojek online dan ojek
tradisional, mereka sama-sama menyediakan layanan jasa yang membantu kegiatan sehari hari perbedaannya
hanya pada penggunaan teknologi dan tingkat kualitas pelayanan. Tak
jarang pun kita yang sering menggunakan jasa ojek jauh sebelum ada
ojek online
sudah memiliki ojek langganan yang bisa di telepon ke rumah bukan?
Kesimpulannya, baik ojek tradisional maupun ojek online mereka sama-sama
mencari nafkah dan membantu kita, kepuasan pelanggan tergantung pada
driver itu sendiri bagaimana ia memperlakukan pelanggannya
tetapi Go-Jek juga mempunyai beberapa kekurangannya
Berikut kekurangan dari ojek online
1. Server Error
Pernah mencoba memesan ojek online tapi tidak mendapat respon dari
aplikasinya? Saya pernah. Ketika mencoba memesan ojek via Go-Jek,
aplikasi yang saya gunakan tidak merespon, sehingga saya terpaksa
menggunakan moda transportasi yang lain. Konon ini disebabkan salah
satunya oleh over load-nya server si aplikasi, akibat tidak bisa
menampung banyaknya user dan driver. Error ini juga pernah saya alami
ketika mencoba memasukkan kode referral serta menentukan lokasi
penjemputan.
2. Tentangan dari Ojek Konvensional
Ternyata kehadiran Ojek Online ini tidak diterima dengan baik oleh semua
pihak. Salah satunya yang paling keras bersuara adalah para pengojek
pangkalan yang sudah biasa menjajakan jasanya secara konvensional.
Selain di Jakarta, saya pernah menggunakan jasa ojek online Go-Jek ini
di Cikarang, Bogor dan Bandung. Dan di tiga daerah tersebut beberapa
pengemudinya meminta maaf karena tidak berani menggunakan atribut (jaket
dan helm) yang seharusnya merupakan identitas bagi si pengemudi, dengan
alasan masih riskan jika bertemu tukang ojek konvensional. Beberapa
spanduk yang menolak kehadiran ojek online ini, khususnya Go-Jek dan
Grab Bike, juga muncul di beberapa titik di kota Bandung dan Jakarta.
3. Tidak bisa memilih Driver
Di aplikasi ojek online ini kita bisa melihat apakah ada ojek yang
berada di sekitar kita yang dapat menjemput kita dengan cepat jika order
dilakukan. Tapi sayangnya, kita tidak bisa memilih driver mana yang
akan kita gunakan. Setelah kita memesan, maka para driver akan "berebut"
untuk mendapatkan order tersebut. Saya pernah memesan ojek online di
sebuah titik yang cukup strategis di kota Jakarta, dan banyak pengemudi
ojek online tersebut yang ada di sekitar lokasi saya, yang saya
perkirakan tidak akan mencapai 5 menit untuk dapat menjemput saya. Akan
tetapi yang mendapatkan order saya ternyata pengemudi yang lokasinya
tidak terlalu dekat, dan benar saja, saya harus menunggu hampir 15 menit
sebelum akhirnya dijemput ojek ini. Hal ini juga menjadikan kita tidak
dapat memiliki tukang ojeg langganan :)
4. Tidak bisa pindah tujuan
Ketika kita sudah di atas motor tukang ojek online ini, maka kita akan
diantarkan ke titik lokasi sesuai yang kita pesan di aplikasinya. Kalau
di tengah jalan ada perubahan rencana atau panggilan mendadak, maka kita
tidak bisa secara serta merta meminta sang pengemudi untuk merubah arah
tujuan. Terus terang kalau ini saya belum pernah mengalami, tapi
mendapat cerita dari teman saya, kak
Matahari Timoer
yang harus dua kali berganti moda transportasi karena ada perubahan
rencana mendadak ketika sudah berada di atas motor ojek online ini.
5. Tidak menemukan pengemudi ojek
Ya, terkadang setelah pemesanan melalui aplikasi ojek online ini
dilakukan, beberapa saat kemudian muncul notifikasi "we can not find a
driver". Saya dua kali mengalami ini, pertama ketika mencoba menggunakan
Go-Jek di Bandung dan Bogor. Hal ini mungkin disebabkan karena belum
banyaknya driver Go-Jek pada saat itu di dua kota tersebut. Dan yang
kedua adalah ketika mencoba memesan via Blu-Jek di salah satu titik
strategis di Jakarta. Ini juga tampaknya karena masih sedikitnya
pengemudi Blu-Jek yang baru saja lahir ini. Akhirnya saya memilih naek
angkutan umum lainnya.
6. Standar pelayanan yang sudah tidak lagi standar
Ini saya rasakan di layanan Go-Jek. Ketika baru awal-awal beroperasi,
setiap pengemudi Go-Jek yang saya pesan selalu dengan sigap menawarkan
masker dan cover kepala sebagai bagian dari layanan ojek online ini.
Tetapi belakangan ini hal tersebut semakin langka, jangankan penutup
kepala, masker saja kadang mereka tidak tawarkan. Padahal di aplikasinya
masih jelas tertulis bahwa hal tersebut merupakan bagian dari layanan
ojek online ini. Standard pelayanan di aplikasi sudah tidak menjadi
standar para pengemudinya di lapangan.
7. PELANGGARAN PRIVASI!!!
"Selamat pagi cantik"... "Udah makan belum?"... Pesan singkat itu bukan
dikirimkan oleh seorang teman atau pacar kepada teman atau pasangannya,
tapi oleh pengemudi ojek online kepada pelanggan yang pernah dia antar.
Ya, cerita itu sering terdengar di beberapa postingan media sosial.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena aplikasi ojek online ini
memungkinkan para pengemudi driver dan penggunanya untuk saling
mengetahui nomor handphone masing-masing, tujuannya adalah untuk
memudahkan komunikasi ketika proses pemesanan, tapi oleh beberapa oknum
pengemudi malah dijadikan alat untuk melanggar privasi pelanggannya.
Salah satunya cerita yang dapat dari teman saya yang membagikan
pengalamannya di sebuah WhatsApp Group. Teman saya, seorang perempuan
muda, ditelpon dari nomor yang tidak dikenalnya pada pukul 00.10 dini
hari. Karena orbolannya tidak jelas akhirnya dia tutup teleponnya, dan
ditanyakan lewat SMS. Ternyata yang menelpon adalah sopir ojek online
yang pernah mengantarkan dia! (Lihat gambar di atas). Walaupun cuma
iseng, tapi ngeri gak sih?
Ini menjadi isu sekaligus kekurangan yang paling kritis dari aplikasi
ojek online. Perlu dicari cara agar para penggunanya merasa nyaman tidak
hanya ketika menggunakan layanannya tetapi juga setelahnya.
Sumber :
http://www.novitabong.com/keuntungan-menggunakan-jasa-ojek-online-gojek-dan-grab-bike-di-jakarta.htm
http://www.banyumurti.my.id/2015/09/7-kekurangan-dari-ojek-online.html
Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2EPnpM5wKy1EulgJhlWnfd6TBaUoqL7OzSxc1_-cNEGwaAJowMMWXKq9u4P6oul5iLmwnChmEJLXv6QOTXDUsxeIAIrjWClCZ4bPeZOcjvTxiYiw5INWKJ-l0rCebr541wStRdQd6S_Y/s400/27.jpg
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
belum heboh di
Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di
Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan
GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan
Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang
memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara
cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda
transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi
Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem
lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk
menerobos kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal
tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka
diantaranya:
Tidak aman (rawan tindak kriminal)
Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu,
seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang
memberikan harga lebih.
Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun
tidak ada ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah
ada sehingga menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan
registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
(2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya
bisa cetak slip bukti juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat
ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas
keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun
menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi
juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu
sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien.
Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah
yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut
Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan
Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus
beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga
tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi
bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak
angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun,
Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan
perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi
perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor.
Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang
lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang
sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk
dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya
adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan
untuk mereka yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari
dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan,
maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa
pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk
industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk
masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya
kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan,
sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online
disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen
tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang
bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena
driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka
dapat terus menguntungkan dan sustain.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d