Sejarah berdirinya GOJEK

SEJARAH GO-JEK GO-Jek telah beridiri sejak tahun 2011 dari ide sang CEO dan Managing Director Nadiem Makarim. Ia mendirikan sebuah perusahaan yang bernama PT Go-Jek Indonesia

Fenomena GOJEK

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang fenomena ojek online yang biasa disebut Go-jek, dengan berkembangnya teknologi internet

Pro dan Kontra GOJEK

Tahun 2011, GoJek hadir di Indonesia sebagai social enterpreneurship inovatif untuk mendorong perubahan sektor transportasi informal

Cara menggunakan GOJEK

Gojek sebenarnya sudah ada sejak tahun 2011 namun jasa yang ditawarkan baru dalam bentuk SMS. Sekarang Gojek sudah memiliki aplikasi

Kelebihan dan Kekurangan GOJEK

Kelebihan Go-Jek Praktis dan Mudah Cukup dengan mengunduh aplikasi GOJEK dan GRAB TAXI pada google play atau app store ,kita dapat memesan ojek dari mana saja dan kemana saja

Tuesday, June 7, 2016

Kelebihan Dan Kekurangan Go-jek




 Kelebihan Go-Jek
  1. Praktis dan Mudah
Cukup dengan mengunduh aplikasi GOJEK dan GRAB TAXI pada google play atau app store ,kita dapat memesan ojek dari mana saja dan kemana saja yang kita mau. Driver akan menuju lokasi yang kita pesan dalam waktu yang ditayangkan pada layar pemesanan.
  1. Aman
Hal yang jarang diberikan oleh pengemudi ojek tradisional adalah sebuah keamanan, safety riding. inilah salah satu kelebihan Go-Jekdimana setiap penumpangnya diberikan helm atau pelindung kepala.
  1. Ramah dan Sopan
Bagi kamu kamu yang sudah pernah menggunakan jasa GOJEK atau GRAB BIKE, pernahkah kamu memperhatikan bahwa driver ojek online ini selalu berusaha memberikan layanan terbaik? Mereka akan meminta maaf apabila tidak menggunakan jaket perusahaan yang merupakan ciri khas mereka, atau meminta maaf jika stock masker yang biasa disediakan secara gratis habis. Atau ketika mereka telat / lamban dalam menemukan alamat kita, mereka akan meminta maaf karena telah menunggu terlalu lama dan setelah selesai menggunakan jasa mereka pun seringkali diakhiri dengan senyuman dan ucapan terima kasih
  1. Terpercaya
Hal paling mencolok dari ojek online atau lebih sering kita kenal GOJEK dan GRAB BIKE adalah ketika kita mendapatkan driver, kita sudah bisa tahu nama, wajah dan nomor telepon dari driver yang akan mengantar kita atau mengantarkan pesanan kita. Hal ini amat sangat meningkatkan kepercayaan kita sebagai konsumen dalam menggunakan jasa ojek berbasis online ini karena kita tidak perlu takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan , jikalaupun iya hal itu dapat diadukan ke pusat ojek online dengan mengadukan nama, dan nomor telepon dari oknum driver tersebut
Sebenarnya sama saja antara ojek online dan ojek tradisional, mereka sama-sama menyediakan layanan jasa yang membantu kegiatan sehari hari perbedaannya hanya pada penggunaan teknologi dan tingkat kualitas pelayanan. Tak jarang pun kita yang sering menggunakan jasa ojek jauh sebelum ada ojek online sudah memiliki ojek langganan yang bisa di telepon ke rumah bukan? Kesimpulannya, baik ojek tradisional maupun ojek online mereka sama-sama mencari nafkah dan membantu kita, kepuasan pelanggan tergantung pada driver itu sendiri bagaimana ia memperlakukan pelanggannya

tetapi Go-Jek juga mempunyai beberapa kekurangannya

Berikut kekurangan dari ojek online

1. Server Error
Pernah mencoba memesan ojek online tapi tidak mendapat respon dari aplikasinya? Saya pernah. Ketika mencoba memesan ojek via Go-Jek, aplikasi yang saya gunakan tidak merespon, sehingga saya terpaksa menggunakan moda transportasi yang lain. Konon ini disebabkan salah satunya oleh over load-nya server si aplikasi, akibat tidak bisa menampung banyaknya user dan driver. Error ini juga pernah saya alami ketika mencoba memasukkan kode referral serta menentukan lokasi penjemputan.

2. Tentangan dari Ojek Konvensional

Ternyata kehadiran Ojek Online ini tidak diterima dengan baik oleh semua pihak. Salah satunya yang paling keras bersuara adalah para pengojek pangkalan yang sudah biasa menjajakan jasanya secara konvensional. Selain di Jakarta, saya pernah menggunakan jasa ojek online Go-Jek ini di Cikarang, Bogor dan Bandung. Dan di tiga daerah tersebut beberapa pengemudinya meminta maaf karena tidak berani menggunakan atribut (jaket dan helm) yang seharusnya merupakan identitas bagi si pengemudi, dengan alasan masih riskan jika bertemu tukang ojek konvensional. Beberapa spanduk yang menolak kehadiran ojek online ini, khususnya Go-Jek dan Grab Bike, juga muncul di beberapa titik di kota Bandung dan Jakarta.

3. Tidak bisa memilih Driver
Di aplikasi ojek online ini kita bisa melihat apakah ada ojek yang berada di sekitar kita yang dapat menjemput kita dengan cepat jika order dilakukan. Tapi sayangnya, kita tidak bisa memilih driver mana yang akan kita gunakan. Setelah kita memesan, maka para driver akan "berebut" untuk mendapatkan order tersebut. Saya pernah memesan ojek online di sebuah titik yang cukup strategis di kota Jakarta, dan banyak pengemudi ojek online tersebut yang ada di sekitar lokasi saya, yang saya perkirakan tidak akan mencapai 5 menit untuk dapat menjemput saya. Akan tetapi yang mendapatkan order saya ternyata pengemudi yang lokasinya tidak terlalu dekat, dan benar saja, saya harus menunggu hampir 15 menit sebelum akhirnya dijemput ojek ini. Hal ini juga menjadikan kita tidak dapat memiliki tukang ojeg langganan :)

4. Tidak bisa pindah tujuan
Ketika kita sudah di atas motor tukang ojek online ini, maka kita akan diantarkan ke titik lokasi sesuai yang kita pesan di aplikasinya. Kalau di tengah jalan ada perubahan rencana atau panggilan mendadak, maka kita tidak bisa secara serta merta meminta sang pengemudi untuk merubah arah tujuan. Terus terang kalau ini saya belum pernah mengalami, tapi mendapat cerita dari teman saya, kak Matahari Timoer yang harus dua kali berganti moda transportasi karena ada perubahan rencana mendadak ketika sudah berada di atas motor ojek online ini.

5. Tidak menemukan pengemudi ojek
Ya, terkadang setelah pemesanan melalui aplikasi ojek online ini dilakukan, beberapa saat kemudian muncul notifikasi "we can not find a driver". Saya dua kali mengalami ini, pertama ketika mencoba menggunakan Go-Jek di Bandung dan Bogor. Hal ini mungkin disebabkan karena belum banyaknya driver Go-Jek pada saat itu di dua kota tersebut. Dan yang kedua adalah ketika mencoba memesan via Blu-Jek di salah satu titik strategis di Jakarta. Ini juga tampaknya karena masih sedikitnya pengemudi Blu-Jek yang baru saja lahir ini. Akhirnya saya memilih naek angkutan umum lainnya.


6. Standar pelayanan yang sudah tidak lagi standar
Ini saya rasakan di layanan Go-Jek. Ketika baru awal-awal beroperasi, setiap pengemudi Go-Jek yang saya pesan selalu dengan sigap menawarkan masker dan cover kepala sebagai bagian dari layanan ojek online ini. Tetapi belakangan ini hal tersebut semakin langka, jangankan penutup kepala, masker saja kadang mereka tidak tawarkan. Padahal di aplikasinya masih jelas tertulis bahwa hal tersebut merupakan bagian dari layanan ojek online ini. Standard pelayanan di aplikasi sudah tidak menjadi standar para pengemudinya di lapangan.

7. PELANGGARAN PRIVASI!!!
"Selamat pagi cantik"... "Udah makan belum?"... Pesan singkat itu bukan dikirimkan oleh seorang teman atau pacar kepada teman atau pasangannya, tapi oleh pengemudi ojek online kepada pelanggan yang pernah dia antar. Ya, cerita itu sering terdengar di beberapa postingan media sosial. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena aplikasi ojek online ini memungkinkan para pengemudi driver dan penggunanya untuk saling mengetahui nomor handphone masing-masing, tujuannya adalah untuk memudahkan komunikasi ketika proses pemesanan, tapi oleh beberapa oknum pengemudi malah dijadikan alat untuk melanggar privasi pelanggannya.


Salah satunya cerita yang dapat dari teman saya yang membagikan pengalamannya di sebuah WhatsApp Group. Teman saya, seorang perempuan muda, ditelpon dari nomor yang tidak dikenalnya pada pukul 00.10 dini hari. Karena orbolannya tidak jelas akhirnya dia tutup teleponnya, dan ditanyakan lewat SMS. Ternyata yang menelpon adalah sopir ojek online yang pernah mengantarkan dia! (Lihat gambar di atas). Walaupun cuma iseng, tapi ngeri gak sih?
Ini menjadi isu sekaligus kekurangan yang paling kritis dari aplikasi ojek online. Perlu dicari cara agar para penggunanya merasa nyaman tidak hanya ketika menggunakan layanannya tetapi juga setelahnya.


Sumber : http://www.novitabong.com/keuntungan-menggunakan-jasa-ojek-online-gojek-dan-grab-bike-di-jakarta.htm 
http://www.banyumurti.my.id/2015/09/7-kekurangan-dari-ojek-online.html
Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2EPnpM5wKy1EulgJhlWnfd6TBaUoqL7OzSxc1_-cNEGwaAJowMMWXKq9u4P6oul5iLmwnChmEJLXv6QOTXDUsxeIAIrjWClCZ4bPeZOcjvTxiYiw5INWKJ-l0rCebr541wStRdQd6S_Y/s400/27.jpg


ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
ebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d
belum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis transportasi yang digunakan. Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor. Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan, Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos kemacetan Ibukota. Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya: Tidak aman (rawan tindak kriminal) Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada ojeknya Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga menjadi: (1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti juga Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan Go-Jek yang ketiga adalah: (3) Efektif serta efisien bagi konsumen maupun driver. Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan. Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek) dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah: (4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak (5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah: (6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka yang memiliki motor. Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu: (1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja Blu-Ojek dan yang lainnya. (2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta alamat rumah konsumen yang memesan tadi. Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus menguntungkan dan sustain.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendymustikoaji/kelebihan-dan-kekurangan-model-bisnis-go-jek-dari-sisi-perusahaan-driver-dan-konsumen_55ea9829c322bde807a6708d

Cara menggunakan aplikasi Go-Jek di android




Gojek sebenarnya sudah ada sejak tahun 2011 namun jasa yang ditawarkan baru dalam bentuk SMS. Sekarang Gojek sudah memiliki aplikasi yang dapat di download di http://go-jek.com/app sudah tersedia versi Android dan iOS. Hingga saat ini sudah lebih dari 1.000 ojek yang tersebar se-Jabodetabek. Berikut cara menggunakan aplikasi Gojek.
 1. Tampilan halaman utama aplikasi Gojek dengan tagline “An ojek for every need” dan latar berwarna hijau. Terdapat gambar motor atau ojek di tengah tulisan Gojek. Selanjutnya kita dapat memilih jenis service apa yang kita butuhkan. Gojek memiliki 4 jenis pelayanan dari mulai transport antar jemput, kurir, order makanan hingga belanja. Untuk kali ini, saya memiliki jasa kurir.


2. Ketik detail alamat atau lokasi tujuan. Kita juga dapat memilih waktu antar apakah sekarang atau nanti. Pada map akan terlihat ada berapa banyak pengemudi berada di dekat kita.
 
3. Untuk detail alamat jemput dan antar kita dapat klik “Location” maka akan muncul map. Pastikan alamat tujuan benar dan sesuai.
  
4. Tuliskan detail barang yang akan dikirim. Bila sudah selesai klil tombol “Next” dan booking telah selesai dibuat. Kamu dapat membuat booking baru atau cancel bila tidak jadi.
  
5.  Tunggu beberapa menit sementara Gojek mencarikan pengemudi terdekat lokasi kamu. Kamu akan mendapatkan notifikasi bila terdapat pengemudi terdekat. Ojek yang berada di dekat kamu biasanya tidak akan lebih dari 15 menit ke tempat kamu. Kamu dapat mendeteksi lokasi keberadaan ojek.
   
 6. Selain lokasi keberadaan, identitas driver juga terlihat dari foto, nama, dan nomor telephone. Kamu dapat menelephone dan mengirim SMS ke driver.
 
7. Pada menu My Bookings terlihat service kamu masih dalam in progress. Nah, bagaimana dengan sistem pembayaran ? Gojek tidak menggunakan sistem kartu kredit melainkan sistem top up melalui transfer bank. Untuk mengecek kredit yang kamu miliki, klik tombol setting di tengah. Kemudian pilih Go-Jek Credit.
8. Sebagai pengguna pertama, Gojek memberikan promosi sebesar Rp 50.000 yang didapat dari teman sesama pengguna Gojek. Ketika kamu gantian membagikan kode milikmu, maka giliran kamu mendapatkan tambahan Rp 50.000 lagi. Jasa kurir yang saya gunakan sebesar Rp 25.000 yang dipotong dari bonus Rp 50.000. Kembali ke menu My Bookings, terlihat service yang telah selesai. Paket kamu telah sampai di tempat tujuan.


9.  Setelah selesai semua, kamu dapat memberikan review mengenai service yang diberikan pengemudi. Rating ini berguna bagi Gojek untuk mengetahui kapabilitas dari pengemudi apakah sudah sesuai dengan standar atau belum. Bila kamu memesan Gojek untuk antar jemput, Gojek akan memberikan helm, masker dan penutup rambut. Bila tidak, kamu dapat melaporkan dan menulis komen di kolom komentar.

Bila kamu puas dengan service Gojek, kamu dapat memberikan tips kepada pengemudi. Gojek tidak memiliki sistem gaji pokok. Sistem yang digunakan Gojek adalah bagi hasil 80% untuk supir dan 20% untuk perusahaan. Dalam sebulan rata-rata supir Gojek dapat mengantongi Rp 2 – Rp 3 juta. Dibandingkan dengan mengojek pribadi, kesejahteraan lebih baik dan kepercayaan masyarakat pun kian meningkat.


Sumber : http://www.annisapurbandari.com/index.php/tag/aplikasi-gojek/
Sumber Gambar : https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTV8Qa5PfWkVgqVHOjrfJd2SHCWJ2VERvfImZ6zoO6hco9Jz4eo

Pro dan Kontra Go-Jek di masyarakat

Tahun 2011, GoJek hadir di Indonesia sebagai social enterpreneurship inovatif untuk mendorong perubahan sektor transportasi informal agar dapat beroperasi secara profesional. Manajemen GoJek menerapkan sistem bagi hasil dengan pengemudi ojek yang berada di bawah naungannya. Pembagiannya adalah, 80% penghasilan untuk pengemudi ojek dan 20%-nya untuk GoJek. Saat ini anggotanya sudah mencapai angka sekitar 1000-an. GoJek menawarkan 4 (empat) jasa layanan yang bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya: Instant Courier (Pengantaran Barang), Transport (Jasa Angkutan), Shopping (Belanja) dan Corporate (Kerjasama dengan perusahaan untuk jasa kurir) yang menekankan keunggulan dalam Kecepatan, Inovasi dan Interaksi Sosial. Para pengguna Gojek, harus mengunduh GoJek Mobile App dari handphone mereka, baru mereka bisa memesan layanan Gojek. Para Gojek dengan mudah mendapatkan konsumen karena sudah mengandalkan kemajuan teknologi, tanpa harus nongkrong menunggu tanpa kepastian menunggu nomor urut antrian jatah narik.


GoJek kemudian merebak menjadi salah satu kata atau topik yang bermunculan di berbagai media. Namun bukannya pembahasan mengenai keunggulan dari layanan ojek unik ini. Tetapi, yang lebih mengemuka saat ini adalah adanya konflik antara pengemudi yang bergabung dengan GoJek dengan tukang ojek pangkalan. Keberadaan layanan GoJek di Ibu Kota Jakarta mulai memicu konflik. Pelan tapi pasti, suara penolakan terhadap Gojek mulai mengalir dari para pengemudi ojek pangkalan. Mereka menganggap eksistensi Gojek mengganggu keberadaan mereka dan membuat mereka merugi. Tukang-tukang ojek yang biasa mangkal di Ibu Kota Jakarta, mulai resah dengan banyaknya pengemudi GoJek yang seliweran di jalan-jalan Ibu Kota.  Persaingan antara pengemudi Gojek dengan pengemudi ojek pangkalan memang tidak dapat dihindari. Kapolda Metro Jaya juga melihat, pro kontra yang terjadi di antara tukang ojek pangkalan dan Gojek lebih diakibatkan oleh masalah persaingan. Ojek pangkalan merasa tersaingi oleh eksistensi Gojek.

Padahal General Manager of Corporate Relations Gojek, Sam Diah sudah menyatakan bahwa pihaknya hadir untuk membantu pengemudi ojek pangkalan, dan bukan sebaliknya bersaing dengan mereka.  "Yang paling utama kami sampaikan adalah kami bukan hadir untuk berkompetisi dengan pengemudi ojek pangkalan," kata Sam Diah. Bentuk bantuan yang diberikan Gojek kepada para pengojek menurutnya adalah dengan meningkatkan penghasilan mereka dengan bantuan teknologi. Tak hanya itu, para pengojek ini juga mendapat santunan kecelakaan dan jaminan asuransi kesehatan.  Sampai saat ini, kata Sam Diah, Gojek masih membuka kesempatan bagi pengemudi ojek pangkalan untuk bergabung.
 

Sampai sat ini, masih belum ada solusi atas konflik antara tukang ojek pangkalan dengan Gojek
untuk menyelesaikan konflik antara Gojek dengan para ojek pangkalan adalah aturan yang jelas. Sejauh ini, belum ada aturan yang jelas soal Gojek ataupun Ojek Pangkalan. Sementara aturan legal belum ada, Kapolda bisa mendorong adanya kesepakatan bersama antara Gojek dengan para tukang ojek pangkalan yang tidak merugikan salah satunya.  Misalnya Gojek tidak boleh masuk komplek atau perumahan yang kecil. Biarkan itu menjadi area para ojek pangkalan. Sementara Gojek hanya untuk perjalanan dengan daerah yang lebih jauh. Atau kesepakatan lainnya yang penting tidak ada yang dirugikan.   Tanpa adanya kesepakatan, yang akan dirugikan bukan hanya Gojek dan ojek pangkalan saja, tetapi warga juga. Prinsipnya, dalam menyelesaikan konflik Gojek dengan ojek pangkalan ini, harus tidak ada diskriminasi.




 Sumber : http://pks-dpcpancoran.blogspot.com/2015/08/mencari-solusi-permasalahan-gojek-dan.html 
 Sumber gambar  : https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRIa-CBRN7YVnXt_DjLxx-mS2lfoOznLXb77BW95WlU-eIVJqxZ

Sunday, June 5, 2016

Fenomena Go-jek di masyarakat


 Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang fenomena ojek online yang biasa disebut Go-jek, dengan berkembangnya teknologi internet yang meningkat setiap tahunnya maka secara otomatis akan memunculkan teknologi yang berguna untuk keperluan kita seahri hari. Memang sampai saat ini ada beberapa orang yang menggunkan Hpnya hanya untuk nelpon dan sms, tetapi juga ada orang yang menggunakannya untuk bertransaksi perbankan, memesan tiket pesawat, membeli barang, menonton video, dan bahkan untuk memesan angkutan seperti ojek, ya ojek online kini telah menyebar di masyrakat, salah satu penyedia layanan angkutan berbasis teknologi adalah PT Go-jek Indonesia, banyak orang yang merasakan keuntungan dari gojek, karena membantu mereka dalam kegiatan sehari - hari. Tetapi ada juga yang lebih memilih ojek pangkalan, karena memang banyak perbedaan dari ojek online konvensional.
 sumber :  http://infoteknojek.com/fenomena-ojek-online-dalam-masyarakat/
 sumber gambar : https://manajemenppm.files.wordpress.com/2015/08/ojek-vs-gojek.jpg

Sejarah Berdirinya Go-jek



SEJARAH GO-JEK


GO-Jek telah beridiri sejak tahun 2011 dari ide sang CEO dan Managing Director Nadiem Makarim. Ia mendirikan sebuah perusahaan yang bernama PT Go-Jek Indonesia, perusahaan ini berutujuan menghubungkan ojek dengan penumpang. Ia melihat ojek pangkalan hanya menghabiskan waktu seharian dan belum tentu mendapatkan penumpang




Dengan pengalamannya saat naik ojek di jalanan yang macet inilah ia kemudian menciptakan Go-Jek, sebuah layanan antar jemput dengan ojek modern berbasis pesanan.  PT Go-Jek Indonesia yang sudah melewati perjalanannya sejak tahun 2011 kini sudah memiliki 1.000 armada ojek yang tersebar di seluruh kawasan Jabodetabek.
“Pelanggan terbanyak berada di kawasan Jakarta Selatan dan Pusat.  Kami sering kewalahan memenuhi permintaan dengan armada yang ada saat ini,” ujarnya 
Dengan perkembangannya yang pesat ini, kabarnya Go-Jek telah menuai prestasi sebagai Juara 1 dalam kompetisi bisnis Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) di Bali.  Selain itu, Go-Jek telah memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai komunitas bisnis maupun sosial.
Di situs resminya disebutkan bahwa layanan Go-Jek adalah sbb :
  1. Jasa kurir (90 minute delivery anywhere in the city),
  2. Jasa transportasi (transparent pricing, free shower cap and masker),
  3. Jasa delivery makanan (delivering your favorite food under 60 minutes in Jabodetabek),
  4. Jasa belanja dengan nominal di bawah 1 juta rupiah (shop for food, ticket, medicine, anything under Rp 1.000.000. We’ll pay for it first).
Dari beberapa testimoni pengguna Go-Jek bisa ditarikhttps://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1156491435664025527#editor/target=post;postID=6697206123046846811;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=4;src=link satu kesimpulan yang sama bahwa mereka sangat puas dengan alasan yang hampir sama pula : tarif yang jelas dan transparan selain tentu saja sistemnya yang  mengakomodir gaya hidup modern saat ini yaitu penggunaan teknologi.  Calon pengguna tinggal menginstal aplikasi Go-Jek di smartphone-nya untuk kemudian melakukan pemesanan sekaligus memantau status pemesanannya.
Saat ini aplikasi Go-Jek hadir untuk smartphone berbasis Android dan iOS.
Modern, transparan, dan profesional.  Tak heran jika kebanyakan pelanggan Go-Jek adalah kelas menengah yang melek teknologi dan memiliki mobilitas lumayan tinggi.
 



Nadiem Makarim Sang Penemu GO-JEK






Profil Nadiem Makarim


Di ketahui bahwa Nadiem Makarim mulai bersekolah SD di Jakarta, kemudian ia lulus SMA di Singapura,  kemudian melanjutkan pendidikannya di jurusan International Relations di Brown University, Amerika Serikat. Ia juga melanjutkan studinya di Harvard Business School, Harvard University dan lulus dengan menyandang gelar MBA (Master Business Of Administration).

Nadiem Makarim diketahui pernah bekerja di sebuah perusahaan Mckinsey & Company sebuah konsultan ternama di Jakarta dan menghabiskan masa selama tiga tahun bekerja disana. Diketahui pula ia pernah bekerja sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia kemudian menjadi Chief Innovation officer kartuku. Berbekal banyak pengalaman selama bekerja, Nadiem Makarim kemudian memberanikan diri untuk berhenti dari pekerjaannya dan mendirikan perusahaan GO-JEK pada tahun 2011.

...Saya tidak betah kerja di perusahaan orang lain. Saya ingin mengontrol takdir saya sendiri - Nadiem Makarim.
Alasan sederhana itulah yang membuat Nadiem Makarim mencoba merintis perusahaan sendiri yang kemudian dikenal dengan nama GO-JEK berbekal pengalaman kerja serta memiliki jiwa enterpreneurship. Ide bisnis transportasi GO-JEK sendiri berasal dari pemikiran Nadiem ketika
ia berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem Makarim jarang menggunakan mobil karena mobilitasnya yang tinggi, ia lebih sering menggunakan jasa ojek.

Dari perbicangannya dengan para tukang ojek, ia menemukan kenyataan bahwa hampir sebagian besar tukang ojek menghabiskan waktunya hanya menunggu pelanggan saja dan susah untuk mencari pelanggan, di sisi lain kemacetan Jakarta makin memburuk maka di butuhkan sebuah layanan transportasi yang cepat serta pengiriman yang cepat untuk membantu warga jakarta.
Nadiem Makarim dan Perusahaan Ojek Modern Berteknologi
Kemudian pada tahun 2011, GO-JEK sebagai perusahaan resmi didirikan oleh Nadiem Makarim yang kemudian menjabat sebagai CEO GO-JEK. Layanan Go-jek menawarkan kemudahan serta kecepatan dengan bekerja sama dengan para Tukang Ojek di bawah nauangan perusahaan GO-JEK. Layanan Go-jek Nadiem Makarim menawarkan jasa pengantaran barang dan makanan, transportasi, serta jasa belanja.

GO-JEK semakin berkembang setelah pada tahun 2014 mendapat suntikan dana dari perusahaan investasi asal singapura yaitu Northstar Group, kemudian perusahaan ojek milik Nadiem Makarim tersebut juga mendapat suntikan dana pada tahun yang sama dari dua perusahaan yakni Redmart Limited dan Zimplistic Pte Ltd.

Kemudian nama GO-JEK makin semakin terkenal pada tahun 2015 ketika merilis aplikasi mobilenya sehingga makin banyak menarik minat pelanggan baru yang menggunakan jasanya. Nadiem Makarim sendiri benar-benar memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kemudahan pelanggan menggunakan jasa GO-JEK nya. Para pelanggan GO-JEK dapat menggunakan aplikasi melalui smartphone mereka untuk memesan layanan GO-JEK,  
Awalnya Nadiem Makarim pada awal mendirikan perusahaan GO-JEK, ia hanya membawahi 20 orang tukang ojek, namun sekarang ia sudah memiliki 10 ribu orang tukang Ojek yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dibawah naungan perusahaannya. Segala inovasi ia lakukan sehingga bisnisnya kemudian banyak diliput oleh media sebagai perusahaan yang merevolusi transportasi ojek.

Itulah informasi mengenai Biografi Nadiem Makarim Sang pendiri GO-JEK dan kisah berdirinya perusahaan GO-JEK. Semoga Informasi ini dapat bermanfaat dan menjadi Inspirasi